Senin, 14 Mei 2012

Tangkap 25 "Hacker" Anonymous, Interpol Jaga Ketat Websitenya

KOMPAS.com - Kelompok hacker Anonymous belakangan ini sedang naik daun karena aksi-aksi "nakalnya", seperti membajak email Presiden Suriah dan merusak server CIA.



Atas aksi-aksi inilah, mereka dikejar-kejar pihak keamanan. Hasilnya, kepolisian internasional Interpol (international criminal police) berhasil menangkap 25 orang yang diduga anggota kelompok tersebut. Penangkapan dilakukan dalam operasi di seluruh Eropa dan Amerika Utara. 


Interpol mengatakan, penangkapan dilakukan di Argentina,Chili, Kolombia, dan Spanyol oleh aparat penegak hukum nasional di bawah dukungan Grup Interpol Amerika Latin yang sudah ahli dalam kejahatan teknologi informasi.


Para tersangka, yang berusia antara 17 hingga 40 tahun, diduga merencanakan serangan cyber terkoordinasi untuk menyerang institusi termasuk Kementerian Pertahanan dan situs Kepresidenan Kolombia, serta perusahaan listrik Chili dan target penting lainnya.

Penangkapan di berbagai tempat

Penangkapan ini menyusul investigasi yang berlangsung sejak Februari 2012 yang melibatkan 250 jenis peralatan TI dan ponsel dalam pencarian di 40 tempat dari 15 kota. 


Di ibukota Chili, juru bicara Interpol, Jamie Jara mengatakan dalam jumpa pers bahwa pihak berwenang telah menangkap 5 orang, dua diantaranya berusia dibawah 17 tahun.


Kasus ini sekarang ditangani jaksa Marcos Mercado, yang mengkhususkan diri menangani kejahatan komputer. Ia mengatakan para tersangka didakwa dengan tuduhan mengubah website, termasuk website Perpustakaan Nasional Chili, dan terlibat dalam serangan layanan di situs web perusahaan listrik Endesa dan Hidroaysen. 


Tuduhan ini akan membuat mereka terancam hukuman penjara mulai 541 hari hingga lima tahun.


Jara juga mengatakan, hingga saat ini penyelidikan belum bisa membuktikan apakah mereka terhubung dengan kelompok terlarang.  "Hingga kini, kami belum bisa memastikan apakah mereka memiliki komunikasi khusus selain dengan kelompok mereka sendiri," ungkap Jara.


Sebelum penangkapan 25 orang oleh Interpol ini, Spanyol juga menngumumkan penangkapan 4 tersangka yang diduga kelompok hacker Anonymous. Dua server yang digunakan kelompok tersebut di Bulgaria dan Republik Ceko, telah diblokir. 


Anonymous sering menyerang balik
Interpol yang bermarkas di Lyon, Perancis, tidak memiliki kekuatan untuk penangkapan atau penyelidikan, namun mereka membantu kerja polisi di seluruh dunia dan bertindak sebagai intelijen. 


Puluhan penangkapan telah dilakukan di berbagai negara, namun Anonymous sering melakukan serangan balik terhadap penegak hukum, militer dan intelijen. 


Karena tak punya struktur keanggotaan yang jelas, hacker, pendukung, dan aktivis bisa mengklaim diri mereka anonymous, sehingga penangkapan sering terlihat tidak signifikan.


Penangkapan 25 orang kali ini pun mendapat perhatian serius dari dunia. Website Interpol pun dijaga ketat dan ternyata hingga kini belum berhasil diserang oleh Anonymous. 


Namun dari sebuah akun Twitter, seorang pengguna dari Brazil yang mengaku anggota Anonymous mengetik kata-kata berikut: "Interpol, you can't take Anonymous".

Peretas Larang RIM Bantu Polisi Selidiki Kerusuhan London


Menyusul kerusuhan di Inggris, kelompok peretas “Team Poison” meninggalkan pesan berupa ancaman di blog resmi RIM. Tim tersebut melarang perusahaan pembuat Blackberry tersebut menyerahkan data pengguna Blackberry kepada kepolisian London.
Serangan tersebut terjadi setelah RIM menyatakan kesanggupannya membantu polisi dalam menangani kerusuhan yang terjadi di London. Dalam pernyataannya, kelompok peretas ini mengatakan, “Kami mewakili para perusuh yang terlibat dalam penyerangan terhadap polisi dan pemerintah.”
Team Poison menambahkan, jika Blackberry memberi informasi pengguna pada polisi, hal itu bisa mengarah pada orang yang tidak tepat yang akan menjadi sasaran hukuman. “Anggota masyarakat yang tidak bersalah yang sedang berada di tempat yang salah di saat yang tidak tepat dan punya Blackberry bisa dihukum tanpa alasan apapun,” sebut peretas. Kelompok ini juga mengacam akan membocorkan informasi karyawan RIM, termasuk nama, alamat dan nomor telepon.
Sebelumnya, layanan Blackberry Messenger diyakini telah digunakan oleh sejumlah perampok untuk merencanakan aksi. Hukum Inggris membolehkan polisi meminta data dari telepon seseorang jika informasi tersebut berkaitan dengan aktivitas kriminal. Tata caranya diatur dalam Regulation of Investigatory Powers Act.
Sumber : NatGeo

Kepolisian Inggris Tangkap Juru Bicara Peretas Tim Poison

London (AFP/ANTARA) - Kepolisian Inggris mengatakan pada Kamis bahwa mereka telah menangkap seorang juru bicara Team Poison berusia 17 tahun yang dicurigai, sebuah kelompok peretas yang mengaku bertanggungjawab atas serangkaian serangan peretasan tingkat tinggi.
London (AFP/ANTARA) - Kepolisian Inggris mengatakan pada Kamis bahwa mereka telah menangkap seorang juru bicara Team Poison berusia 17 tahun yang dicurigai, sebuah kelompok peretas yang mengaku bertanggungjawab atas serangkaian serangan peretasan tingkat tinggi.


Remaja itu ditangkap pada Rabu di Newcastle, timur laut Inggris, sehubungan dengan dugaan pelanggaran penyalahgunaan komputer,ujar kepolisian London Metropolitan.


"Tersangka, yang diyakini menggunakan nama dunia maya 'nic' (julukan) 'MLT', diduga anggota dan juru bicara TeaMp0isoN ('TeamPoison')," kata Scotland Yard dalam sebuah pernyataan.


"Ia telah dibawa ke kantor kepolisian setempat untuk wawancara. Peralatan komputernya telah disita dan sedang menjalani pemeriksaan forensik terperinci."






Team Poison, diyakini berada di balik serangan peretasan terhadap pendiri Facebook, Mark Zuckerberg, dan laman Facebook dari Presiden Prancis, Nicolas Sarkozy, "mereka mengaku bertanggung jawab atas lebih dari 1.400 pelanggaran," seraya menambahkan pernyataan tersebut.


Pelanggaran tersebut termasuk "penolakan layanan dan intrusi jaringan di mana informasi pribadi dan swasta telah diambil secara ilegal dari korban di Inggris dan seluruh dunia," kata kepolisian.


Scotland Yard sendiri diserang oleh Team Poison bulan lalu, ketika kelompok itu mengunggah rekaman empat menit dari percakapan antara staf rahasia anti-teroris Inggris ke situs YouTube.


Kepolisian mengakui rekaman itu asli, namun menegaskan mereka tidak diperoleh melalui meretas dan mengatakan bahwa sistem komunikasi internal mereka itu aman. (yg/ml)

TeaMp0isoN sadap dan sebarkan data penting agen rahasia Inggris

Setelah beberapa waktu lalu sebuah kelompok peretas internasional yang menamakan diri merekaAnonymous mendapatkan peringkat satu di polling majalah TIME, kini dunia, khususnya Amerika Serikat dan Inggris, kembali direpotkan dengan munculnya serangan baru berasal dari kelompok peretas yang menamakan diri mereka The Poison.


Dalam account Twitternya, @_TeaM0isoN, mereka mengatakan bahwa tidak ada pengaman internet di dunia ini yang tidak berhasil mereka tembus. Hal tersebut dibuktikan dengan keberhasilan mereka menyadap jaringan telefon Scotland Yard dan menyebarkan percakapan rahasia agen rahasia Inggris, M16, ke internet. Team Poison juga berhasil membuat phone-bombing ke telefon daruratteam anti-teror Inggris.


Team Poison melancarkan serangannya dengan cara yang tidak lazim dari cara yang biasa digunakan oleh para peretas lainnya. Mereka lebih tertarik untuk menjelajah jaringan telefon daripada menjelajah di internet. Jebolnya tingkat pengaman di Scotland Yard dan M16, tentu saja mencoreng nama besar keamanan Inggris yang selama ini mempunyai predikat terbaik dalam melawan kejahatan.


Team Poison juga berani secara terang-terangan melakukan panggilan ke kantor pusat M16 dan mengatakan bahwa mereka adalah teroris dan akan menyerang Inggris dalam waktu singkat serta akan menguasai jalur internet dunia diwaktu mendatang. Tidak hanya itu saja, Team Poison juga telah mengunggah rekaman telefon team anti-teror Inggris tersebut di YouTube


Dibanding dengan peretas ternama seperti LulzSec dan AnonymousTeam Poison bisa dikatakan masih 'hijau' dalam dunia peretas. Menurut Telegraph.co.uk, tindakan mereka tersebut terkesan hanya sekedar tindakan iseng dari orang-orang yang tak bertanggung jawab. Dalam account Twitternya, Team Poison mengatakan bahwa team anti-teror, Scotland Yard, dan M16 adalah teroris sebenarnya. 


Kelompok peretas ini juga sempat membocorkan sedikit cara kerja mereka dalam menjelajah jaringan telefon tersebut. Seperti yang dilansir Dailymail.co.uk, mereka menggunakan sistem pengoperasian telefon lama yang telah mereka ketahui titik lemahnya dan digabung dengan cara operasi programP2P seperti Skype atau lainnya. Mereka juga mengatakan bahwa daftar serangan selanjutnya akan diarahkan ke Blackberry, NATO, English Defence League, dan British National Party


Kalau saja, Team Poison ini mempunyai tujuan yang lebih mengarah ke bidang sosial seperti yang dilakukan oleh LulzSec dan Anonymous, mungkin akan banyak orang dan peretas lainnya yang menaruh simpati terhadap mereka. Pada bulan November tahun lalu, LulzSec berhasil meretas dua bank besar di Amerika Serikat. Selain mengambil data-data penting milik nasabah, mereka juga menuliskan pesan peringatan di mesin ATM dua bank tersebut, "Ambil segera uang-uang Anda di bank ini". Operasi yang mereka namakan Operation Free Palestine ini adalah bentuk protes terhadap serangan Israel ke Palestina.


Kejadian serupa juga dilakukan oleh Anonymous dengan melumpuhkan banyak situs di Cina dan beberapa situs penting di Inggris beberapa waktu lalu. Aksi mereka juga adalah protes terhadap pemerintah Cina dan Inggris akan hal-hal yang kurang mementingkan rakyatnya. Tidak hanya itu saja, ternyata Indonesia juga mempunyai banyak kelompok peretas hebat yang tersebar merata mulai sabang sampai merauke. Bangga atau tidak ya?

Baru Dua Kasus Hacking Diadili

JAKARTA,SABTU - Meski kasus hacking marak di Indonesia, namun menurut data penelitian Unit V IT & Cybercrime Bareskrim Polri, hanya dua kasus hacking yang berhasil diungkap dan diproses ke pengadilan, yaitu kasus hacking website Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada tahun 2004 dan kasus hacking website Partai Golkar pada tahun 2006.
Kedua kasus ini telah menarik perhatian publik karena entah secara kebetulan atau tidak, keduanya terjadi pada dua website institusi politik dan istilah hacking yang memang baru dikenal luas. Kasus hacking website KPU dilakukan oleh Dani Firmansyah dari Yogyakarta, sedangkan kasus hacking website Partai Golkar dilakukan oleh Iqra Syafaat dari Batam.
Dalam penelitiannya, Kepala Unit V IT & Cybercrime Bareskrim Polri Kombes Polisi Petrus Reinhard Golose mengungkapkan bahwa polisi sebagai aparat penegak hukum belum secara baik dipersiapkan untuk menangani kasus-kasus di media virtual semacam ini. Padahal menurut data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) sendiri, pada tahun 2003 telah tercatat 2.267 kasus network accident dan di tahun 2004 terdapat 1.103 kasus serupa. Akibatnya, kasus-kasus ini tidak banyak ditangani secara tegas oleh aparat.
Menurut Petrus, penanganan kasus cybercrime sendiri sangat berkaitan dengan sistem peningkatan kualitas SDM di kepolisian sendiri. "Kita harusnya bukan hanya menciptakan polisi-polisi yang mahir komputer namun bagaimana menciptakan polisi yang ahli menyelidik kejahatan yang berhubungan dengan komputer," ujar Petrus dalam paparan disertasinya di hadapan sembilan anggota tim penguji di Balai Sidang UI Depok, Sabtu (7/6).
Petrus mengakui, kehidupan masyarakat sendiri saat ini sudah bergerak menuju digital danonline, namun pada faktanya aparat penegak hukum sendiri belum banyak yang mengerti tentangdigital evidence, sebuah barang bukti kejahatan cyber yang wujudnya tidak kelihatan karena berupa data. Oleh karena itu, Petrus merekomendasikan pendidikan khusus di Akademi Kepolisian, sekolah polisi dan Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) mengenai kemampuan menjelajah dunia cyber dan mensinergikan penggunaan software dan hardware dalam penyidikancybercrime.
"Kita juga harus bisa beri pengertian kepada atasan, mengenai pentingnya ini, menggalang kerja sama dengan external stakeholders, seperti Microsoft dan instansi penegak hukum dalam atau luar negeri untuk melaksanakan pelatihan," ujar Petrus.